TanDa 2 DBD

Diposting oleh Widya

Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang hampir tidak pernah absen kehadirannya setiap tahun. Kota Surabaya sendiri jumlah kasus DBD dari tahun 2008 sampai tahun 2009 relatif sama, seperti yang diungkapkan oleh dr. Ina Aniati Aniati, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surabaya. “PSJN (Pemberantasan Sarang Jentik dan Nyamuk, Red) paling efektif untuk cegah DBD,” papar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini mengenai upaya pencegahan DBD.


a menjelaskan bahwa hingga saat ini PSJN menjadi ‘primadona’ dalam sosialisasi pencegahan DBD, karena PSJN mencegah jentik menjadi nyamuk, “Tempat jentik pun jelas, yakni di penampungan air, tidak seperti nyamuk yang bebas berterbangan kemana saja,” jelas ibu dua orang anak ini.

Terdapat beberapa upaya lain untuk mencegah dan memberantas DBD, namun sebelum kita beranjak pada upaya-upaya tersebut, ada baiknya kita kenali terlebih dahulu bagaimana sebenarnya DBD, sehingga dalam mengaplikasikan pencegahannya dapat lebih baik dan efektif.

Apa itu DBD

DBD Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Sejak tahun 1968 kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia. “Padatnya penduduk membuat nyamuk senang, karena nyamuk lebih mudah menggigit,” ungkap dr. Ina. Selain itu, seperti yang dijelaskan olehnya, bahwa kepadatan penduduk menjadikan produksi sampah meningkat, sehingga menambah tempat bagi nyamuk untuk bersarang.

Gejala dan Tanda DBD

Pada umumnya penderita DBD dikenal dengan gejala bintik-bintik atau ruam merah pada kulit yang apabila diregangkan malah terlihat jelas bintik-bintiknya. Hal itu memang menjadi salah satu tanda bahwa telah tergigit nyamuk Aedes agypti. Untuk lebih waspada dan menindaklanjuti kasus DBD, berikut beberapa gejala DBD :

1. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 mendadak turun. Jika digambarkan, maka grafiknya menyerupai pelana kuda.

Jangan tunggu hingga 7 hari, lepas hari ketiga panas tetap tinggi, dianjurkan untuk memeriksakan diri dengan tes darah. Karena apabila dalam waktu kurang dari 7 hari penderita tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penderita dapat meninggal dunia.

2. Tanda-tanda pendarahan

Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji Torniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut : Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Perdarahan gusi, Hematemesis, Melena, dan Hematuri.

Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya, regangkan kulit, jika bintik merah pada kulit tersebut hilang maka bukan Petekie. Petekie merupakan tanda pendarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam.

Uji Torniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih Petekie pada kulit seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa cubiti).

3. Pembesaran Hati (Hepatomegali)

Sifat pembesaran hati :

1. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit
2. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
3. Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus

4. Renjatan (Syok)

Tanda-tanda renjatan:

1. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan kaki
2. Penderita menjadi gelisah
3. Sianosis di sekitar mulut
4. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
5. Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang

Penyebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang terganggu.

5. Trombositopeni

1. Jumlah trombosit < 100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7 sakit
2. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun.
3. Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun.



6. Hemokonsentrasi (Peningkatan Hematokrit)

Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit.

7. Gejala Klinik lain

1. Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang
2. Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis
3. Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan gastrointestinal dan renjatan



Pertolongan Bagi Penderita DBD

1. Penderita diberi minum yang banyak
2. Penderita dikompres dengan air dingin
3. Penderita diberi obat penurun panas
4. Secepatnya penderita dibawa ke dokter, Puskesmas atau Rumah Sakit, khususnya bila penderita tampak gelisah, ujung kaki dan tangannya dingin dan berkeringat.

Penularan DBD

DBD dapat dengan mudah menular melalui vektor penularnya, yakni nyamuk Aedes aegypti melalui gigitannya. Meskipun nyamuk Aedes albopictus dapat menularkan DBD tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit sangat kecil, karena biasanya hidup di kebun-kebun. Seminggu setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue, maka orang tersebut akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat juga tetap sehat tetapi menjadi carrier (sumber penular dengan menyimpan virus dengue).

Karena nyamuk yang menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue, sepanjang nyamuk tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue dan setiap saat dapat ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang hari).

Apabila terdapat tetangga Anda yang menderita DBD dan lokasi rumahnya berada tidak jauh dari rumah Anda, maka perlu diwaspadai akan keberadaan nyamuk Aedes aegypti, hal ini karena kemampuan terbang nyamuk tersebut +40 m, dan jangkauan terbang maksimal sejauh 100 m. Sehingga secepatnya melakukan pembersihan terhadap tempat-tempat penampungan air di sekitar Anda atau menghubungi Puskesmas terdekat.

Sehingga setiap orang dapat terserang demam berdarah setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue. Hanya saja ketahanan tubuh setiap orang yang memungkinkan tingkat kasus DBD berbeda satu sama lain. Sehingga selain memberantas vektor penular dan menghindarinya, ada baiknya setiap orang menjaga imunitasnya sehingga dapat terhindar dari kasus DBD.

Tempat Penularan Bagi Penularan DBD

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat potensial untuk terjadi penularan DBD adalah :

1. Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)
2. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut antara lain :

1. Sekolah, karena anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah selain itu merupakan kelompok umur yang paling susceptible terserang DBD
2. Rumah sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Karena dalam hal ini orang yang datang dari berbagai wilayan dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD atau carier virus dengue
3. Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan tempat ibadah

3. Pemukiman baru di pinggir kota

Karena di lokasi ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal.

Pencegahan DBD

Umumnya kebanyakan orang terparadigma dengan pemberantasan DBD melalui fogging atau penyemprotan. Padahal untuk melakukan fogging tersebut diperlukan beberapa ketentuan, mulai dari PE dan kemudian pengajuan surat penyemprotan kepada Rumah Sakit terdekat. Hal ini karena fogging tidak baik apabila diterapkan terlalu sering.

Disamping itu, untuk memberantas nyamuk dan juga jentik, terdapat beberapa cara sederhana dan hanya diperlukan kepedulian, ketelitian dan keuletan setiap penghuni rumah akan keadaan lingkungan.

Cara paling efektif untuk mencegah penularan DBD adalah dengan menghindari gigitan nyamuk penular, mengurangi populasi nyamuk penular, dan mengenali cara hidup nyamuknya. Mengapa tindakan menghindari vektor penular itu penting, karena seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa apabila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya.

Kira-kira satu minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.

Virus ini akan tetap berada di dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Maka dari itu perlu bagi masyarakat mengetahui lebih dalam sifat, ataupun cara hidup dari nyamuk pembawa virus dengue ini, sehingga dapat menghindari gigitannya.

Pertama-tama kita kenali dulu ‘tamu’ di siang hari ini.

1. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk domestik, yakni nyamuk yang berada di bangunan-bangunan seperti contohnya rumah dan tersebar luas di daerah tropis
2. Kemampuan terbang + 40 m, maksimal 100 m
3. Senang dengan benda yang bergantungan dan di tempat yang lembab/gelap
4. Siklus hidup : telur – jentik – kepompong dalam air ( + 7 – 10 hari )
5. Sekali bertelur menghasilkan 100-200 telur
6. Tempat perkembangbiakan adalah di TPA (Tempat Penampungan Air)

Sehingga dari itu cara yang untuk menurunkan populasi nyamuk Aedes aegypti adalah melalui cara yang telah dikenal oleh masyarakat yakni melalui 3 M, yakni :

1. Menutup TPA
2. Menguras TPA seminggu sekali dan terus menerus
3. Mengubur barang-barang bekas yang menjadi TPA

Akhir-akhir ini pencegahan dan pemberantasan DBD tidak hanya dapat ditempuh melalui 3M, cara terefektif adalah melalui PSJN (Pemberantasan Sarang Jentik dan Nyamuk). Seperti yang telah diungkapkan oleh dr. Ina di awal artikel bahwa PSJN merupakan cara paling ‘mujarab’ untuk menekan angka kasus DBD. Selain karena tempat jentiknya yang jelas, yakni di Tempat Penampungan Air (TPA), juga karena jentik merupakan awal fase hidup nyamuk. Dan upaya dalam menerapkan PSJN ini ditempuh dengan beberapa cara diantaranya adalah melalui :

1. Pemberdayaan masyarakat dengan pembinaan ratusan Kader Wamantik (Siswa Pemantau Jentik) dan Bumantik (Ibu Pemantau Jentik), yang bertugas memantau 10 rumah di sekitarnya menyangkut keberadaan jentik di rumah mereka. Tidak lupa juga memberikan penyuluhan
2. Ikanisasi
3. Abatesasi (temephos)
4. Fogging, dengan syarat dan persetujuan dari Rumah Sakit sekitar

Kesadaran dan kepedulian masyarakat merupakan kunci awal dari menurunnya angka DBD di suatu wilayah. Sehingga DBD dapat terjadi di wilayah mana pun, termasuk di wilayah elit. ”Hindari gigitan nyamuk dengan turunkan populasi,” pesan dr. Ina. Melalui kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, maka secara otomatis akan menghambat perkembangan jentik, dengan adanya kepedulian maka aplikasi dari upaya-upaya memberantas DBD pun akan terealisasi, dengan begitu tidak akan memberi kesempatan bagi si nyamuk untuk berkembang.

0 komentar:

Posting Komentar